Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2013

TERLEPAS DARI BEBAN DUNIA

Seorang nelayan yang shalih di Tunisia tinggal di sebuah gubuk yang sederhana dari tanah liat. Setiap hari ia melayarkan perahunya untuk menangkap ikan. Ia terbiasa menyerahkan seluruh hasil tangkapannya pada orang-orang miskin dan hanya menyisakan sepotong kepala ikan untuk ia rebus sebagai makan malamnya. Nelayan itu lalu berguru kepada sufi besar, Ibnu ‘Arabi. Seiring dengan berlalunya waktu, ia pun menjadi seorang syaikh seperti gurunya. Suatu saat, salah seorang murid sang nelayan akan mengadakan perjalanan ke Spanyol. Nelayan itu memintanya untuk mengunjungi Syaikhul Akbar Ibnu ‘Arabi. Nelayan itu berpesan agar dimintakan nasihat bagi dirinya. Ia merasakan kebuntuan dalam jiwanya. Pergilah murid itu ke kota kediaman Ibnu ‘Arabi. Kepada penduduk setempat, ia menanyakan tempat tinggal sang syaikh. Orang-orang menunjukkan kepadanya sebuah puri indah bagai istana yang berdiri di puncak suatu bukit. “Itulah rumah Syaikh”, ujar mereka. Murid itu amat terkejut. Ia

detikNews: Gua Uhud Tempat Persembunyian Rasulullah Tetap Wangi Meskipun Ditimbun Kotoran Oleh Wahabi Tanduk Setan Najd

Gambar
Bagus Kurniawan - detikNews     Gunung Uhud (Bagus/ detikcom) Madinah (detik.com 15 Nopember 2012) - Ada sebuah tempat di dekat Gunung Uhud yang jarang di datangi para peziarah termasuk jamaah haji Indonesia. Nama tempat itu adalah gua Uhud yang terletak tidak jauh dari bekas pertempuran Uhud. Gua Uhud jarang di datangi peziarah, bisa dua kemungkinan. Pertama, karena peziarah tidak mengetahuinya. Kedua, guide atau pemandu hanya mengantar ke tempat Bukit Rumah yang dulu dijadikan arena perang Uhud dan makam para syuhada perang Uhud. Bukit Rumat adalah tempat 50 pasukan pemanah Islam bersiaga membantu serangan, sehingga pasukan Islam menang pada peperangan awal melawan kaum Quraisy. Namun pada peperangan kedua, dari sana pula kunci kekalahan pasukan Islam. Waktu para pemanah itu tergoda turun gunung untuk mengambil harta rampasan perang, yang sengaja ditinggalkan pasukan kafir. Oleh karena itulah, pasukan Islam kemudian dikalahkan serangan

KEBOHONGAN WAHABI TENTANG TAHLILAN

WAHABI: “Mengapa Anda Tahlilan? Bukankah Imam al-Syafi’i melarang Tahlilan?” SUNNI: “Setahu saya, Imam al-Syafi’i tidak pernah melarang Tahlilan. Anda pasti berbohong dalam perkataan Anda tentang larangan Tahlilan oleh Imam al-Syafi’i.” WAHABI: “Bukankah dalam kitab-kitab madzhab Syafi’i telah diterangkan, bahwa selamatan selama tujuh hari kematian itu bid’ah yang makruh, dan beliau juga berpendapat bahwa hadiah pahala bacaan al-Qur’an tidak sampai kepada mayit?” SUNNI: “Nah, terus di mana letaknya Imam al-Syafi’i melarang Tahlilan? Apakah seperti yang Anda jelaskan itu? Kalau seperti itu maksud Anda, berarti Anda membesar-besarkan persoalan yang semestinya tidak perlu dibesar-besarkan. “ WAHABI: “Kenapa begitu?” SUNNI: “Madzhab Syafi’i dan beberapa madzhab lain memang memakruhkan suguhan makanan oleh keluarga mayit kepada para pentakziyah. Hukum makruh, artinya kan boleh dikerjakan, hanya kalau ditinggalkan mendapatkan pahala. Kan begitu? Anda harus tahu, dala

Komite Hijaz sebagai awal terbentuknya NU

Pada tahun 1924-1925, Arab Saudi dipimpin oleh Ibnu Saud, Raja Najed yang beraliran Wahabi. Aliran ini sangat dominan di tanah Haram, sehingga aliran lain tidak diberi ruang dan gerak untuk mengerjakan mazhabnya. Semasa kepemimpinan Ibnu Saud, terjadi eksodus besar-besaran ulama dari seluruh dunia. Mereka kembali ke negara masing-masing, termasuk para pelajar Indonesia yang sedang mencari ilmu di Arab Saudi. Aliran Wahabi yang terkenal puritan, berupaya menjaga kemurnian agara dari musyrik dan bid'ah. Maka beberapa tempat bersejarah, seperti rumah Nabi Muhammad SAW dan sahabat, termasuk makam Nabi Muhammad pun hendak dibongkar. Umat Islam Indonesia yang berhaluan Ahlussunnah wal Jamaah merasa sangat perihatin kemudian mengirimkan utusan menemui Raja Ibnu Saud. Utusan inilah yang kemudian disebut dengan Komite Hijaz. Komite Hijaz ini merupakan sebuah kepanitiaan kecil yang dipimpin oleh KH Abdul Wahab Chasbullah. Setelah berdiri, Komite Hijaz menemui Raja Ibnu Suud di Hijaz (Saudi A